Sabtu, 12 Maret 2011

Kesesakan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pengaruh negatif kesesakan tercermin dalam bentuk penurunan-penurunan psikologis, fisiologis, dan hubungan sosial individu. Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kesesakan antara lain adalah perasaan kurang nyaman, stres, kecemasan, suasana hati yang kurang baik, prestasi kerja dan prestasi belajar menurun, agresivitas meningkat, dan bahkan juga gangguan mental yang serius.
Individu yang berada dalam kesesakan juga akan mengalami malfungsi fisiologis seperti meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, gejala-gejala psikosomatik, dan penyakit­penyakit fisik yang serius (Worchel and Cooper, 1983).
Worchel dan Cooper (1983) juga mengutip beberapa penelitian yang dilakukan dalam skala kecil, seperti di asrama-asrama mahasiswa dan di kampus menunjukkan bahwa klinik kesehatan di kampus lebih banyak dikunjungi oleh mahasiswa-mahasiswa yang tinggal di asrama daripada yang tinggal sendiri.
Perilaku sosial yang seringkali timbul karena situasi yang sesak antara lain adalah kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong-royong dan sating membantu, penarikan diri dari lingkungan sosial, ,berkembangnya sikap acuh tak acuh, dan semakin berkurangnya intensitas hubungan,sosial (Holahan, 1982).
Penelitian yang dilakukan oleh Nadler dkk. (1982) di asrama mahasiswa, membandingkan dua bentuk asrama yaitu asrama yang padat penghuninya dan asrama yang tidak padat penghuninya. Mereka meneliti tentang pengaruh kepadatan terhadap perilaku prososial para mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut. Perilaku prososial dilihat dari segi memberikan bantuan, mencari bantuan, dan membalas bantuan orang lain. Perilaku itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu peminjaman uang, jasa, serta pemberian dukungan emosional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang tinggal di asrama yang tidak padat penghuninya ternyata lebih banyak memberi dan mencari bantuan, akan tetapi lebih sedikit membayar bantuan orang lain, bila dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal di asrama yang padat penghuninya. Respon-respon sosial yang ditunjukkan oleh mahasiswa­mahasiswa yang tinggal di asrama yang padat lebih dipengaruhi oleh kebutuhan akan bantuan orang lain.
Dalam pembahasannya mereka menulis bahwa penelitian mereka tentang perilaku prososial paralel dengan hasil penelitian persepsi terhadap lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Mahasiswa yang tinggal di asrama yang tidak padat akan memiliki persepsi positif terhadap lingkungan fisik dan lingkungan sosial daripada mahasiswa yang tinggal di asrama yang padat penghuninya. Gove dan Hughes (1983) mendapatkan adanya korelasi antara kesesakan dalarn rumah tangga dengan hubungan perkawinan dan hubungan sosial dengan tetangga yang kurang harmonis, serta kurangnya perhatian terhadap anak.
Dan beberapa penelitian Baum dkk. (dalam Fisher dkk., 1984) menyimpulkan bahwa kepadatan sosial lebih aversif daripadakepadatan ruang. Kepadatan ruang sering memuncullcan masalah hanya pada laki-laki saja karena dalam situasi padat laki-laki lebih bersikap kompetitif. Kebanyakan masalah kepadatan niuncul karena terlalu banyaknya orang dalam suatu ruangan daripada masalah-masalah yang ditimbulkan karena terbatasnya ruang.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kesesakan (Crowding)

1.      Pengertian kesesakan
Menurut Altman kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Pengertian crowding dengan kepadatan memiliki hubungan erat karena kepadatan merupakan salah satu syarat yang dapat menimbulkan kesesakan. Kepadatan yang tinggi dapat mengakibatkan keseskan pada individu (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan,1982).
Baum dan Paulus (1987) menerangkan proses kepadatan dapat dirasakan sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan empat factor:
1.      Karakteristik setting fisik
2.      Karakteristik setting social
3.      Karakteristik personal
4.      Kemampuan beradaptasi

Menurut Morris kesesakan sebagai deficit suatu ruangan, maka dengan adanya sejumlah orang dalam suatu hunian rumah, ukuran per meter persegi setiap orangnya menjadi kecil, sehingga dirasakan adanya kekurangan ruang. Dalam suatu hunian, kepadatan ruang harus diperhitungkan dengan mebel dan peralatan yang diperlukan untuk suatu aktivitas.
Besar kecilnya rumah menentukan besarnya ratio antara penghuni dan tempat (space) yang tersedia. Makin besar rumah dan makin sedikit penghuninya, maka akan semakin besar ratio tersebut. Sebaliknya makin kecil rumah dan makin banyak penghuninya, maka akan semakin kecil ratio tersebut, sehingga akan timbul perasaan sesak (Ancok,1989).
Stokols (dalam Altman,1975) membedakan antara :
a.       Kesesakan bukan social (nonsocial crowding) yaitu dimana factor-faktor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding, seperti sebuah ruang yang sempit,
b.      Kesesakan social (social crowding) yaitu perasaan sesak mula-mula datang dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak.
c.       Kesesakan molar (molar crowding) perasaan sesak yang dapat dihubungkan dengan skala luas, populasi penduduk kota
d.      Kesesakan molekuler (molekuler crowding) yaitu perasaan sesak yang menganalis mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian interpersonal.
Rapoport (dalam Stokols dan Altman,1987) mengatakan kesesakan adalah suatu evaluasi subjektif dimana besarnya ruang dirasa tidak mencukupi sebagai kelanjutan dari persepsi langsung terhadap ruang yang tersedia. Batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia, dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak.

2.      Teori kesesakan
a.       Teori beban stimulus
Kesesakan akan terjadi bila stimulus yang diterima individu terlalu banyak (melebihi kapasitas kognitifnya) sehingga timbul kegagalan dalam memproses sistim atau info dari lingkungan.
Keating (1979) mengatakan bahwa stimulus berasal dari kehadiran banyak orang beserta aspek-aspek interaksinya, maupun kondisi-kondisi fisik dari lingkungan sekitar yang menyebabkan bertambahnya kepadatan social.
Berlebihnya informasi dapat terjadi karena beberapa factor :
1.      Kondisi kungkungan fisik yang tidak menyenangkan
2.      Jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat
3.      Suatu percakapan untuk tidak dikehendaki
4.      Terlalu banyak mitra interaksi
5.      Interaksi yang terlalu dirasa terlalu dalam atau terlalu lama.
b.      Teori Ekologi
Micklin (dalam Holahan,1982) mengemukakan sifat-sifat umum model ekologi pada manusia :
1.      Teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan timbale balik antara orang dengan lingkungannya
2.      Unti analisisnya adalah kelompok social dan bukan individu, dan organisasi social memegang peranan sangat penting.
3.      Menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan social.
c.       Teori kendala perilaku
Suatu situasi akan dianggap sesak bila kepadatan atau kondisi lain yang berhubungan dengan membatasi aktivitas individu dalam suatu tempat. Pendekatan ini didasari oleh teori reaktansi psikologis (psychological reactace) dari Brehm (dalam Schmidt dan Keating, 1979) yang menekankan kebebasan memilih sebagai factor pendorong penting dalam persepsi dan perilaku manusia.

3.      Faktor yang mempengaruhi kesesakan
a.       Faktor Personal
1.      Kontrol Pribadi dan Locus Of Control; Selligman, dkk :
Kepadatan meningkat bias menghasilkan kesesakan bila individu sudah tidak punya control terhadap lingkungan sekitarnya. Control pribadi dapat mengurangi kesesakan. Locus Of Control ibternal : Kecendrungan individu untuk mempercayai (atau tidak mempercayai) bahwa keadaab yang ada di dalam dirinya lah yang berpengaruh kedalam kehidupannya.
2.      Budaya, pengalaman dan proses adaptasi
Menurut Sundstrom  Pengalaman pribadi dalam kondisi padat mempengaruhi tingkat toleransi. Menurut Yusuf Kepadatan meningkat menyebabkan timbulnya kreatifitas sebagai intervensi atau upaya menekankan perasaan sesak.
3.      Jenis kelamin dan usia
Pria lebih reaktif terhadap kondisi sesak Perkembangan, gejala reaktif terhadap kesesakan timbul pada individu usia muda.
b.      Faktor Sosial
1.      Kehadiran dan perilaku orang lain
2.      Formasi koalisi
3.      Kualitas hubungan
4.      Informasi yang tersedia
c.       Faktor Fisik
1.      Goves dan Hughes : Kesesakan didalamnya rumah berhubungan dengan factor-faktor fisik, jenis rumah, urutan lantai, ukuran, suasan sekitar.
2.      Altman dan Bell, dkk : Suara gaduh,panas, polusi, sifat lingkungan, tipe suasana, karakteristik setting mempengaruhi kesesakan.
Menurut Proshansky, dkk (1976) pengaruh psikologis dari kesesakan yang utama adalah kebebasan memilih individu dalam situasi sesak. Kesesakan terjadi bila kehadiran orang lain dalam suatu seting membatasi kebebasan individu dalam mencapai tujuannya.
Menurut Ancok, perasaan sesak di dalam rumah, dapat menimbulkan masalah :
1.      Menurunnya frekuensi hubungan sex
2.      Memburuknya interaksi suami istri
3.      Memburuknya cara pengasuhan anak
4.      Memburuknya hubngan dengan orang-orang diluar rumah
5.      Meningkatnya ketegangan dan gangguan jiwa.
Asumsi konsekuensi negative dari kesesakan :
1.      Model beban stimulus
2.      Model kendala perilaku
3.      Model ekologi
4.      Model atribusi
5.      Model arousal
Menurut Brigham, akibat negative dari kesesakan pada perilaku manusia yaitu :
1.      Pelanggaran terhadap ruang pribadi dan atribusi seseorang yang menekankan perasaan yang disebabkan oleh kehadiran orang lain.
2.      Keterbatasan perilaku, pelanggaran privasi dan terganggu kebebasan memilih
3.      Control pribadi yang kurang
4.      Stimulus yang berlebih.

4.  Pengaruh Kesesakan terhadap Perilaku

1.      Lingkungan sesak => aktifitas seseorang terganggu => interaksi interpersonal yang tidak diinginkan => mengganggu individu mencapai tujuan => gangguan norma meningkat ketidaknyamanan => penarikan diri dan menurunnya kualitas hidup.
2.      Pengaruh Negatif Kesesakan
3.      Penurunan-penurunan Psikologis : perasaan kurang nyaman, stress, cemas, suasana hati yang kurang baik, prestasi menurun, agresifitas meningkat, dan lain-lain.
4.      Malfungsi Fisiologis : Meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, penyakit-penyakit fisik.
5.      Hubungan Sosial Individu : Kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong royong, menarik diri, berkurangnya intensitas hubungan social, dll.


DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2009. Kepadatan dan Kesesakan. http://www.depok.go.id/v3/index.php?option=com_content&task=view&id=309. 3 Maret 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar