Kerahasiaan pribadi (Bahasa Inggris: privacy) adalah kemampuan satu atau sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari publik, atau untuk mengontrol arusinformasi mengenai diri mereka. Privasi kadang dihubungkan dengan anonimitas walaupun anonimitas terutama lebih dihargai oleh orang yang dikenal publik. Privasi dapat dianggap sebagai suatu aspek dari keamanan. Hak pelanggaran privasi oleh pemerintah, perusahaan, atau individual menjadi bagian di dalam hukum di banyak negara, dan kadang, konstitusi atau hukum privasi. Hampir semua negara memiliki hukum yang, dengan berbagai cara, membatasi privasi, sebagai contoh, aturan pajak umumnya mengharuskan pemberian informasi mengenai pendapatan. Pada beberapa negara, privasi individu dapat bertentangan dengan aturan kebebasan berbicara, dan beberapa aturan hukum mengharuskan pemaparan informasi publik yang dapat dianggap pribadi di negara atau budaya lain. Privasi dapat secara sukarela dikorbankan, umumnya demi keuntungan tertentu, dengan risiko hanya menghasilkan sedikit keuntungan dan dapat disertai bahaya tertentu atau bahkan kerugian. Contohnya adalah pengorbanan privasi untuk mengikut suatu undian atau kompetisi; seseorang memberikan detil personalnya (sering untuk kepentingan periklanan) untuk mendapatkan kesempatan memenangkan suatu hadiah. Contoh lainnya adalah jika informasi yang secara sukarela diberikan tersebut dicuri atau disalahgunakan seperti pada pencurian identitas.
Privasi adalah keinginan atau kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak diganggu kesendiriannya. Dalam ilmu psikoanalis, privasi berarti dorongan untuk melindungi ego seseorang dari gangguan yang tidak dikehendakinya.
Privasi merupakan suatu proses yang sangat penting dalam hidup manusia. Untuk mampu mendapatkan privasi, seseorang harus terampil membuat keseimbangan antara keinginannya dengan keinginan orang lain dan lingkungan fisik di sekitarnya.
Amos (1977) mengemukakan bahwa privasi adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mengendalikan interaksi mereka dengan orang lain baik secara visual, audial, maupun olfaktori untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Setiap orang mendambakan berada ditempat khusus yang menjadi favoritnya bersama seseorang yang dikasihinya, dalam hal ini kedua insan ini mencari privasi.
JENIS PRIVASI
Holahan (1982) pernah membuat alat untuk mengukur kadar dan mengetahui jenis privasi dan ia mendapatkan bahwa ada enam jenis privasi, terbagi dalam dua golongan.
a. Golongan pertama adalah keinginan untuk tidak diganggu secara fisik.
1. Keinginan menyendiri (solitude)
2. Keinginan menjauh (seclusion) dari pandangan dan gangguan suara
3. Keinginan untuk intim dengan orang-orang (intimacy)
b. Golongan kedua adalah keinginan untuk menjaga kerahasiaan diri sendiri yang terwujud dalam tingkah laku hanya memberi informasi yang perlu (control of information), yaitu :
1. Keinginan merahasiakan diri sendiri (anonymity)
2. Keinginan untuk tidak mengungkapkan diri terlalu banyak kepada orang lain (reserve)
3. Keinginan untuk tidak terlibat dengan para tetangga (not neighboring). Tidak suka kehidupan bertetangga
TUJUAN PRIVASI
Privasi mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Memberikan perasaan berdiri sendiri, mengembangkan identitas pribadi. Privasi merupakan bagian terpenting dari ego seseorang atau identitas diri.
2. Memberi kesempatan untuk melepaskan emosi. Dalam kesendirian seseorang bisa berteriak keras-keras, menangis, memandang wajahnya sendiri di cermin, dan berbicara dengan dirinya sendiri.
3. Membantu mengevaluasi diri sendiri, menilai diri sendiri.
4. Membatasi dan melindungi diri sendiri dari komunikasi dengan orang lain. salah satu alasan seseorang mencari privasi adalah membatasi dan melindungi percakapan yang dibuatnya.
PRIVASI DALAM DESAIN ARSITEKTUR
Tujuan dari perancangan adalah memberikan setiap orang privasi sebesar mungkin sesuai dengan yang diinginkannya meskipun hal ini tidak berarti membangun rumah, kantor, sekolah, atau bangunan-bangunan umum berupa kompartemen terpisah bagi setiap orang.
Yang penting adalah hidup dan bekerja dalam suatu tatanan yang memungkinkan bagi seorang individu untuk memilih keterbukaan atau ketertutupan dalam berinteraksi dengan orang lain. Karena itu, lahirlah hierarki ruang, mulai dari ruang yang sangat publik hingga ruang yang sangat pribadi atau privat.
Mengajarkan Anak Nilai Privasi
Anak kecil adalah makhluk yang lugu. Akibatnya, dalam banyak hal mereka tidak dapat membedakan berbagai macam informasi yang mereka terima. Seperti apa yang dapat diperlihatkan dan apa yang harus dijaga privasinya.
Dalam masa pertumbuhannya, mereka mempelajari tentang benar dan salah. Namun sebelum itu, dalam masa mereka yang menggemaskan, bisa jadi mereka mengungkapkan sesuatu yang mungkin memalukan bagi orang tuanya. Hal ini karena mereka mudah untuk berbicara terbuka kepada orang lain mengenai masalah pribadi dalam keluarga.
Penting untuk mengajarkan anak-anak nilai privasi pada usia dini. Mereka harus sadar bahwa beberapa hal bersifat pribadi dan harus dirahasiakan. Orang dewasa harus menghindari membicarakan hal-hal tertentu di depan anak maupun adik, keponakan mereka. Terutama masalah yang sedang dihadapi orang tuanya. Bahkan berbicara dengan telepon di depan anak merupakan ide buruk, saat masalah yang diperbincangkan adalah masalah pribadi yang tidak boleh terungkap kepada orang lain. Dalam usia yang masih sangat muda, anak-anak tidak bisa membedakan mana hal yang bersifat privasi dan mana yang tidak.
Saat anak beranjak dewasa, rasa penghormatan terhadap privasi perlu ditanamkan terhadap mereka. Mereka harus memiliki rasa (sense) bahwa rumah adalah area pribadi.Hal ini sangat penting ketika anak-anak mulai bersekolah.
Anak-anak bersifat cepat menerima terhadap rangsangan gambar. Misalnya, "rumah ini tempat kita hidup melindungi diri kita dari dunia luar. Apakah kita bisa duduk di dalamnya seperti yang kita lakukan ini jika tidak memiliki dinding? Apakah kita bisa duduk di meja dan makan malam saat semua orang di luar memandang kita? Dengan cara ini, kita dapat memperkenalkan konsep privasi dalam pikiran anak-anak dan mendorong anak-anak kita untuk mengidentifikasi rumah dan keluarga mereka.
Dari titik tolak ini, kita bisa mengajarkan anak-anak kita tentang perlunya menjaga rahasia keluarga dan masalah pribadi dari masyarakat umum. Tahap berikutnya adalah untuk membantu anak mengembangkan pemahaman mendalam mengenai privasi dan dimensi praktisnya. Hal ini dapat dimulai dengan mengajarkan anak untuk meminta izin sebelum memasuki kamar orang lain.
Allah telah mengarahkan kita dalam Al Qur'an untuk mengajarkan hal ini kepada anak-anak kita. Seperti yang termaktub dalam Surat An Nur ayat 58, yang berbunyi:
"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu . Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu . Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita untuk mengajarkan pada anak-anak kita yang belum mencapai baligh untuk meminta izin sebelum memasuki kamar di tiga waktu dalam sehari. Yang pertama adalah sebelum shubuh ketika orang-orang biasanya tidur di tempat tidur mereka. Yang kedua adalah tengah hari dimana saat cuaca panas, sering kali mereke beristirahat di kamar dalam keadaan tidak berpakaian. Yang ketiga adalah pada malam hari, juga waktu istirahat dan tidur.
"Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin . Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana "
Demikian Allah jelaskan kembali dalam Surat An Nur ayat 59.
Sumber:
buku ARSITEKTUR dan PERILAKU MANUSIA, karya Joyce Marcella Laurens